Senin, 18 Maret 2013



hello, welcome to my world. where i mostly giving away my little though and some rambling. and soooo... many fanfiction especially yunjae. :D

everyone is welcomed, but no bashing okay ^^

and lastly, please leave one or maaaany comment on my work, it help me to build my confidence in my work. 

thank you, and enjoy the story ^^



Julia

For You (p/?)



PROLOGUE

“nii-san” 

Tooru meletakkan nampan yang dipegangnya diatas meja sudut kecil didalam ruangan itu. Matanya menangkap sosok kesepian yang memandang keluar jendela, matanya kosong, seakan sumber kehidupnya telah diambil dengan paksa. 

“satsu nii-san” 

Sekali lagi tooru memanggil pria itu dengan suara yang lebih lantang, berharap kali ini dia akan bisa mendapatkan perhatian pria itu. 

Pria itu sejenak mengalihkan pandangannya dari jendela yang semenjak tadi mendapatkan perhatian terbesarnya. 

“tooru” 

Satsuki memandangi tooru dengan terkejut, seakan dia sama sekali tidak menyadari jika tooru sudah berada didalam ruangan itu bersamanya semenjak tadi. 

“maaf, kurasa aku melamun lagi.” 

Satsuki tersenyum kecil pada pria yang ada didepannya itu dan hanya dibalasi dengan anggukan mengerti dari tooru, tanda jika dia memaklumi. 

“aku membawakanmu makan siang, kutaruh diatas meja.” 

“oh, terimakasih. Padahal kau tidak perlu…” 

Satsuki beranjak dari tempat duduknya, dan menghampiri nampan yang ditunjukkan oleh tooru dengan langkah ringan, seakan badannya tidak jauh lebih berat dibandingkan segumpal kapuk. 

“jika aku tidak membawakanmu makanan setiap hari, kau tidak akan pernah keluar dari kamarmu untuk makan.” 

Tooru berbicara dengan datar, tetapi matanya jelas sedang memandang sedih pada satsuki, tetapi pria itu sama sekali tidak menyadarinya. Sebaliknya, satsuki terdiam dan membalikkan punggungnya pada tooru, menolak untuk menunjukkan ekspresi nya yang nampak sedikit kesal pada pria itu. 

“terimakasih, sebaiknya kau cepat pergi. Sebentar lagi kau harus berangkat kerja bukan?” 

Tooru mengangguk pelan, seakan satsuki bisa melihatnya dari balik punggungnya. Matanya terus memandanggi punggung kurus satsuki dengan mata sedih. 

“aku pergi dulu.” 

“hati-hati.” 

Tooru menutup pintu kamar satsuki dengan perlahan, lalu disandarkannya tubuhnya dibalik pintu itu sambil menutup mata. Pikiran tooru terus berputar, mengingat kembali kejadian satu tahun yang lalu, hari dimana satsuki yang dicintainya kehilangan senyumnya dan berubah menjadi mayat hidup. 



Satsuki memandangi makanan hangat yang tersusun rapi didepannya. Matanya kosong, tetapi ekspresinya terlihat marah, perlahan dituangnya satu persatu isi mangkuk dan piring yang ada didepannya kedalam kantung sampah disampingnya. Terus, sampai semua makanan yang ada dihadapannya habis terbuang. 

Pandangan satsuki kemudian kembali melihat keluar jendela, jauh keatas langit biru yang terlihat tenang. Matanya menangis, tetapi air mata satsuki sama sekali tidak keluar, lelah setelah sekian banyak pria itu meneteskan air mata. 

“biarkan aku mati….” 





Julia



You Are To Me (ch 1/?)


CHAPTER 1



Mereka selalu bersama, apapun yang terjadi seperti apapun keadaannya, kapanpun, bagaimanapun…. 

Mereka tetap bersama, selalu bersama…. 

Saat dia sedih, terpuruk, hancur… jaejoong tidak pernah meninggalkannya sendiri, selalu berada disampingnya, memberikan kekuatan pada yunho… 

Jaejoong… tidak pernah sekalipun meninggalkannya sendiri.. 

Mungkin karena itulah, yunho tidak pernah bisa membayangkan dirinya sendiri tanpa jaejoong, tidak berani membayangkan masa depannya tanpa pria itu… 

Jaejoong… 

Entah sejak kapan nama itu terdengar berbeda untuknya, tidak pernah sekalipun terpikir olehnya kehadiran jaejoong adalah sesuatu yang harus disetiap hari yang dia jalani… 

Jaejoong… 

Jaejoong adalah sahabatnya, itulah yang diakuinya, itulah yang mereka akui selama ini, sahabat… itulah yang yunho percayai selama ini, sesuatu yang dipaksanya untuk meyakini, sesuatu yang harus dia percayai. Tapi… 

Jaejoong ah… 

You are to me… 

==== 

“Yunho yah!!!” 

Yunho menghentikan langkah cepatnya ketika mendengar namanya dipanggil oleh suara yang sudah terlalu dikenal oleh telinganya, dibalikkannya badannya dengan cepat sebelum seseorang menabrakkan tubuhnya dengan kuat didada yunho dan langsung memeluknya dengan erat. 

Saat itu juga hidung yunho langsung mencium wangi yang sudah sangat dikenalnya, menyelimuti hidung yunho dan langsung membuat pria itu tersenyum. 

“jae” 

“yunho.. yunho… yunho.. yunho yah!!!” 

Jaejoong mulai mengayunkan badannya kekiri dan kekanan sambil tertawa lepas, membawa yunho ikut berayun dengannya. 

“wo.. wo.. wo.. what’s going on?” 

Tawa jaejoong yang lepas membuat yunho tidak bisa menahan dirinya untuk tidak ikut tertawa bersama sahabatnya itu. Setelah beberapa saat mereka tertawa dan berayun bersama, jaejoong menghentikan gerakan mereka dan mempererat pelukannya pada yunho. Berayun dengan cepat dan tertawa lepas disaat yang bersamaan membuat kepalanya terasa pusing, tapu senyuman sisa tawanya sama sekali tidak terlepas dari wajahnya. 

“I’m happy yunho yah… I’m sooo happy…” 

Yunho tersenyum ringan melihat sifat kekanak-kanakan jaejoong. 

“hhmm… so? Apa yang membuatmu sangat senang?” 

Jaejoong melepaskan pelukannya, tapi membiarkan tangannya tetap bertahan dibahu yunho, merasa nyaman dengan kontak mereka. 

“hyunjoongie…” 

Begitu mendengar nama itu terselip diantara bibir merah jaejoong, senyuman yang ada diwajah yunho tiba-tiba menghilang, digantikan dengan garis tipis yang membuat wajahnya terlihat datar. Tapi tentu saja, jaejoong jaejoong tidak menyadarinya, matanya terlalu penuh dan tertutupi dengan kebahagiaanya sendiri untuk menyadari perubahan itu. 

“ada apa lagi dengannya?” 

Yunho berusaha keras untuk menutupi kemasaman dalam nada suaranya, berharap kalau jaejoong sama sekali tidak menyadari kemasaman itu, tidak ingin menghancurkan kesenangan jaejoong. 

Yunho tidak perlu mendengar perkataan jaejoong selanjutnya untuk mengetahui apa yang sudah terjadi, melihat wajah jaejoong yang bersemu merah dan senyum yang tidak pernah lepas dari wajah cantik pria itu yunho sudah tau apa yang sebenarnya terjadi. 

“he… he asking me out…” 

Hunho tersenyum pahit, mencoba menahan dan menyenbunyikan rasa pahit yang tiba-tiba muncul di seluruh mulutnya, memaksa perutnya untuk berputar dan mengaburkan matanya. 

“congrats then…” 

Jaejoong ah… 

==== 

Jaejoong adalah seseorang yang terlalu jauh dari jangkauan yunho, dia memang dekat disamping yunho, memeluk jaejoong ataupun menggenggam tangannya bukanlah sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh yunho, dia bisa melakukannya setiap saat, tap tentu saja sebagai seorang sahabat… hanya sebagai sahabat… tidak pernah lebih.. 

Dan hal itulah yang lebih menyakitinya… 

Bisa menyentuh jaejoong dengan leluasa tetapi mengetahui kalau dia tidak bisa memilikinya, jauh lebih menyakitkan daripada hanya bisa mencintai jaejoong dari jauh… 

Tapi sesulit apapun mencintai jaejoong, yunho tidak pernah bisa membawa dirinya untuk berhenti mencintai sahabatnya itu, sesulit apapun mencuntai jaejoong bagi yunho, dia tetap bisa menemukan dirinya berharap jika suatu saat nanti mungkin… mungkin jaejoong akan menyadari keberadaannya, dan membalas perasaannya… 

Menyakitkan… 

Tapi bertahan disamping jaejoong sebagai sahabatnya, dan menyaksikan sahabatnya itu tertawa didalam pelukan orang lain membuat semua yang sudah dijalani yunho selama ini menjadi semakin sulit baginya. 

Memeluk ataupun menggenggam tangan jaejoong tanpa harus merasakan detakan keras didadanya, atau menatap wajah jaejoong tanpa harus memiliki keinginan untuk memilikinya sendiri dan tidak ingin berbagi dengan orang lain. Semua itu menjadi semakin berat bagi yunho ketika dia menyadari, kalau jaejoong tidak akan pernah melihatnya, tidak akan pernah melihatnya melebihi sebagai seorang sahabat. 

Bagi jaejoong, yunho hanyalah sahabat baik yang sudah seperti saudaranya… 

Yunho benar-benar lelah, dan dia sudah tidak ingin lagi merasakan semua itu, dia ingin melepaskan dirinya dari rasa sakitnya. So, ketika ibunya tiba-tiba dating dan memperkenalkan seorang gadis cantik dengan mata coklatt yang indah sebagai wanita yang akan menemaninya seumur hidupnya, yunho tersenyum, satu-satunya hal yang sanggup dia lakukan pada saat itu, tersenyum. 

Akhirnya dia memiliki kesempatan untuk melepaskan diri dari perasaannya… 

Dari jaejoong… 

==== 

Ji hyun adalah gadis yang sempurna dimata yunho, gadis itu manis, baik, dan sopan. Dia tidak pernah menuntut apapaun dari yunho, tidak pernah mengeluhkan kesalahan-kesalahan yang pernah yunho lakukan padanya. Ji hyun adalah seseorang yang sangat mudah untuk dicintai, dan itulah yang dirasakan yunho pada gadis itu. 

Yunho berusaha, dia berusaha sangat keras untuk melupakan perasaannya pada jaejoong, dan memusatkan perhatiannya pada ji hyun, belajar untuk mencintai gadis itu seperti dia biasa mencintai jaejoong. 

Dan hal itu terbukti bukanlah hal yang mudah untuk yunho, butuh baktu yang lama untuknya agar bisa ikut tersenyum bersama jaejoong dan mendengarkan cerita pria itu tentang kekasihnya tanpa harus merasakan sakit dihatinya. 

Yunho sudah belajar untuk menerima semuanya, dia sudah belajar dan mengerti kalau jaejoong sama sekali tidak akan pernah bisa dia miliki. Jadi, saat dia menyaksikan jaejoong berjalan menuju altar dan mengucapkan sumpahnya pada hyunjoong, yunho berusaha menerima rasa sakit yang ada dihatinya, dia sudah tidak ingin lagi mencoba untuk menahan dan menghindari rasa sakit itu. 

Yunho sudah tidak lagi mengepalkan kedua tangannya, menahan amarah yang terbangun ketika melihat jaejoong berada dalam pelukan pria lain, dia sudah tidak lagi mendengarkan dan merasakan rasa sakit yang terus menggema di dalam hatinya ketika jaejoong menatap pria lain dengan penuh perasaan. Karena sekarang, dia memiliki tangan ji hyun yang menggenggam erat kembali tangannya, membuat rasa sakit yang ada dihatinya menjadi tertahankan. 

Jaejoong ah… 

You are to me… 

Is like a dream wont come true….



Julia

You Are To Me (YunJae)

PROLOGUE



“oppa” ji hyun berhenti sejenak, melepaskan tatapan matanya dari layar computer untuk melihat kearah yunho yang berdiri mematung didepan jendela kamarnya. 

“yes” come the careless answer. 

Ji hyun menghela nafasnya, pikirannya melayang, kembali mengingat percakapannya dengan jaejoong sebelumnya. 

“oppa, jika khawatir…. Telefon saja..” ji hyun menggigit bibir bawahnya, menahan kata lain yang hamper lepas dari bibirnya. 

Yunho tersentak kaget mendengar mendengar hal itu keluar dari mulut ji hyun, sesuatu yang tidak disangkanya akan keluar dari mulut gadis itu. Matanya yang sejak tadi tidak terlepas dari jendela kamarnya, menatap lurus keluar seakan menunggu bayangan seseorang muncul dibaliknya langsung teralih pada gadis cantik yang duduk diseberangnya. 

Yunho menutup matanya dengan paksa, tangan kanannya terangkat untuk memijat ringan keningnya yang terasa kaku. 

“aku tidur duluan.” 

Ji hyun memperhatikan yunho menganbil langkah gontai, lalu membaringkan tubuhnya dengan lemas diatas kasurnya yang empuk, tepat disebelah meja kerja kecil yang ditempati gadis itu. 

… 

Hening menemani ji hyun, seteha beberapa menit yunho menutup matanya. Gadis itu terdiam sejenak, tetapi melihat kelopak mata yunho yang terus bergerak, dia tahu kalau pria itu sama sekali belum tertidur. 

“oppa..” 

An absolute silent, hanya detikan jam diding yang menemani gadis itu. 

“pernahkah oppa berfikir tentang masa depan? Membayangkannya…” 

Setelah diberikan kesunyian yang cukup lama, gadis itu menyerah dengan pertanyaannya, berfikir mungik akhirnya yunho sudah tertidur. 

“sometimes..” 

Ji hyun kembali menggigit bibir bawahnya, mata gadis itu masih tertuju pada laying computer yang menyala dihadapannya. 

“apa yang oppa pikirkan?” 

“family,… my own family, my dongsaeng, you…” 

Ji hyun menutup matanya sejenak, menahan air mata yang memaksa untuk keluar, diambilnya nafas dalam-dalam menenangkan jantungnya yang terus berdegup kencang tidak beraturan didadanya. 

“what else?” 

Diam. Lagi-lagi pertanyaan gadis itu dijawab dengan kesunyian yang panjang 

“jaejoong” 

Tiba-tiba suara parau yunho memecah keheningan detikan jam yang ditekuni gadis itu, nama itu terus terulang, dibisikkan dengan perlahan dan hati-hati oleh yunho, seakan nama itu adalah lagu tidur yang akan membawakan mimpi indah untuknya. Air mata yang sudah ditahannya sejak tadi tidak terasa mengalir dikedua belah pipinya yang memerah, ji hyun mengedipkan matanya, mecoba menyingkirkan genangan air yang mengaburkan penglihatannya. 

Mata coklatnya yang bulat langsung terfokus pada layar yang ada dihadapannya, menunjukkan wallpaper computer yang menyala terang dihadapannya, menunjukkan gambar yunho dan jaejoong dalam seragan sekolah mereka (foto yang mereka ambil bertahun-tahun lalu, saat mereka masih SMA) tangan yunho menggenggam erat bahu jaejoong membawa tubuh pria yang lebih kecil darinya itu untuk bersandar padanya, dengan kepala jaejoong yang diistirahatkan dibahu kirinya, keduanya menyunggingkan senyuman yang indah. 

Dan Sekali lagi, air mata ji hyun terjatuh…




Julia